-
SElAMAT TINGGAL* – CHAIRIL ANWAR
SElAMAT TINGGAL* Aku berkaca Bukan buat ke pesta Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu — dalam hatiku ? – Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah….! Segala menebal, segela mengental Segala tak kukenal Selamat tinggal…!!
-
SELAMAT TINGGAL* – CHAIRIL ANWAR
SELAMAT TINGGAL* perempuan… Aku berkaca ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu — dalam hatiku ? – Apa hanya angin lalu? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah….! Segala menebal, segela mengental Segala tak kukenal Selamat tinggal…!!
-
DI MESJID – CHAIRIL ANWAR
DI MESJID Kuseru saja Dia Sehingga datang juga Kami pun bermuka-muka. Seterusnya Ia bernyala-nyala dalam dada. Segala daya memadamkannya Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda Ini ruang Gelanggang kami berperang Binasa-membinasa Satu mernista lain gila.
-
CERITA – CHAIRIL ANWAR
CERITA Kepada Darmawidjaja Di pasar baru mereka Lalu mengada-menggaya. Mengikat sudah kesal Tak tahu apa dibuat Jiwa satu teman lucu Dalam hidup, dalam tuju. Gundul diselimuti tebal Sama segala berbuat-buat. Tapi kadang pula dapat Ini renggang terus terapat.
-
AKU – CHAIRIL ANWAR
AKU Melangkahkan aku bukan tua menggelegak Cumbu-buatan satu biduan Kujauhi ahli agam serta lembing-katanya. Aku hidup Dalam hidup di mata tampak bergerak Dengan cacar melebar, barah bernnah Dan kadang satu senyum kukucup-minum dalam dahga.
-
BERCERAI – CHAIRIL ANWAR
BERCERAI Kita musti bercerai Sebelum kicau murai berderai. Terlalu kita minta pada malam ini. Benar belum puas serah menyerah Darah manis berbusah-busah. Terlalu kit aminta pada mala mini. Kita musti bercerai Biar surya ‘kan menembus oleh malam di perisai Dua benua bakal bentur membentur. Merah kesumba jadi putih kapur. Bagaimana? Kalau IDA, mau turut…
-
KAWANKU DAN AKU * – CHAIRIL ANWAR
KAWANKU DAN AKU * Kepada L.K. Bohang Kamu jalan sama. Sudah larut. Menembus kabut. Hujan mengucur badan. Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan. Darahku mengental-pekat, aku tumpat-pedat. Siapa berkata? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga. Dia bertanya jam berapa! Sudah larut sekali Hingga hilang segala makna Dan gerak tak punya arti
-
HAMPA* CHAIRIL ANWAR
HAMPA* Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan – mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi. Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat – mencekung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti.
-
RUMAHKU – CHAIRIL ANWAR
RUMAHKU Rumahku dari unggun – timbun sajak Kaca jernih dari luar segala Nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senjakala Di pagi terbang entah kemana Rumahku dari unggun-timbun sajak Disini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata…
-
KENANGAN – CHAIRIL ANWAR
KENANGAN untuk Karinah Moordjono Kadang Diantara jeriji itu-itu saja Mereksmi memberi warna Benda using dilupa Ah! Tercebar rasanya diri Membubung tinggi atas kini Sejenak Saja. Halus rapuh ini jalinan kenang Hancur hilang belum dipegang Terhentak Kembali di itu – itu saja Jiwa bertanya : Dari buah Hidup kan banyakan jatuh ke tanah? Menyelubung nyesak penyesalan…