Category: Penelitian

  • KEPADA PELUKIS AFFANDI – CHAIRIL ANWAR

    KEPADA PELUKIS AFFANDI Kalau, ‘ku habis-habis kata, tidak lagi berani memasuki rumah sendiri, terdiri di ambang penuh kupak, adalah karena kesementaraan segala yang mencap tiada benda, lagi pula terasa mati kan datang merusak. Dan tangan ‘kan kaku, menulis berhenti, Kecemasan derita, kecemasan mimpi; Berilah aku tempat di menara tinggi, Dimana kau sendiri menginggi Atas keramaian…

  • LAGU SIUL

    LAGU SIUL   Laron pada mati Terbakar di sumbu lampu Aku juga menemu Ajal di cerlang caya matamu Heran! Ini badan yang selama berjaga Habis hangus di api matamu ‘ku layak tidak tahu saja

  • SIAP-SEDIA – CHAIRIL ANWAR

    SIAP-SEDIA                                                 Kepada angkatanku Tanganmu nanti tegang kaku, Jantungmu nanti berdebar berhenti, Tubuhmu nanti mengeras batu, Tapi kami sederap mengganti, Terus memahat ini Tugu, Matamu nanti kaca saja, Mulutmu nanti habis bicara, Darahmu nanti mengalir berhenti, Tapi kami sederap mengganti, Terus berdaya ke Masyarakat Jaya. Suaramu nanti diam ditekan, Namamu nanti terbang hilang, Langkahmu…

  • SIAP-SEDIA – CHAIRIL ANWAR

    SIAP-SEDIA                                                 Kepada angkatanku Tanganmu nanti tegang kaku, Jantungmu nanti berdebar berhenti, Tubuhmu nanti mengeras batu, Tapi kami sederap mengganti, Terus memahat ini Tugu, Matamu nanti kaca saja, Mulutmu nanti habis bicara, Darahmu nanti mengalir berhenti, Tapi kami sederap mengganti, Terus berdaya ke Masyarakat Jaya. Suaramu nanti diam ditekan, Namamu nanti terbang hilang, Langkahmu…

  • DALAM KERETA – CHAIRIL ANWAR

    DALAM KERETA Dalam kereta. Hujan menebal jendela Semarang, Solo…, makin dekat saja Menangkup senja Menguak purnama. Caya menyayat mulut dan mata. Menjengking kereta. Menjengking jiwa Sayatan terus ke dada.

  • DOA – CHAIRIL ANWAR

    kepada pemilik teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh Mengingat kau penuh seleuruh cayaMu panas suci tinggal kerdip liling di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku dipintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling

  • 1943 – CHAIRIL ANWAR

    1943 Racun berada di reguk pertama Membusuk rabu terasa di dada Tenggelam darah dalam nanah Malam kelam-membelam Jangan kaku-lurus. Putus Candu. Tumbang Tanganku menadah patah Luluh Terbenam Hilang Lumpuh. Lahir Tegak Berderak Rubuh Runtuh Mengaum. Mengguruh Menentang. Menyerang Kuning Merah Hitam Kering Tandas Rata Rata Rata Dunia Kau Aku Terpaku.

  • KITA GUNYAH LEMAH* – CHAIRIL ANWAR

    KITA GUNYAH LEMAH*   Kita guyah lemah Sekali tetak tentu rebah Segala erang dan jeritan Kita pendam dalam keseharian Mari tegak merentak Diri – sekeliling kita bentak Ini malam purnama akan menembus awan.

  • MERDEKA – CHAIRIL ANWAR

    MERDEKA Aku mau bebas dari segala Merdeka Juga dari ida Pernah Aku percaya pada sumaph dan cinta Menjadi sumsum dan darah Seharian kukunyah – kumamah Sedang meradang Segala kurenggut Ikut baying Tapi kini Hidupku terlalu tenang Selama tidak antara badai Kalah menang Ah! Jiwa yang menggapai-gapai Mengapa kalau beranjak dari sini Kucoba dalam mati.

  • DENDAM – CHAIRIL ANWAR

    DENDAM   Berdiri tersentak Dari mimpi aku bengis dielak Aku tegak Bulan bersinar sedikit tak Nampak Tangan meraba ke bawah bantalku Keris berkarat kugenggam di hulu Bulan bersinar sedikit tak Nampak Aku mencari Mendadak mati kuhendak berbekas di jari Aku mencari Diri tercerai dari hati Bulan bersinar sedikit tak Nampak